ELECTANEWS.COM, JAKARTA - Debat publik jilid II Pilgub Sulsel 2018 di Jakarta, Kamis (19/4), menunjukkan inkonsistensi Calon Gubernur Sulsel nomor urut tiga, Nurdin Abdullah (NA). Bupati Bantaeng dua periode itu terlihat sangat plinplan menyangkut penggunaan data.
NA menyangsikan data tatkala dipakai ‘menyerang’ kinerjanya selama memimpin Butta Toa. Ironisnya, bila data tersebut menguntungkan, ia dengan percaya diri mengumbarnya.
Dalam sesi debat bersama Ichsan Yasin Limpo (IYL) dan Nurdin Halid (NH), NA menyangsikan data yang dipaparkan para rivalnya tersebut. IYL mulanya menanyakan ihwal angka kemiskinan di Kabupaten Bantaeng yang makin meningkat selama periode kepemimpinannya. Data itu disebut IYL berasal dari Badan Pusat Statisik (BPS).
Merespons itu, NA dengan tegas mengatakan dirinya sesunguhnya sangsi dan tidak begitu percaya dengan data BPS tersebut. "Saya lebih percaya fakta tidak percaya data. Data ini harus dievaluasi kembali," ujar NA yang digelari Profesor Andalan.
Keraguan terhadap data kembali disampaikan NA merespons pertanyaan NH, saat ditanya soal angka anak putus sekolah di Bantaeng yang cukup tinggi. Menurut dia, berdasarkan data BPS, angka putus sekolah di Bantaeng memprihatikan.
Menanggapi itu, NA enggan membenarkan data dari BPS. Ia mengaku tidak tahu menahu dan memilih untuk mengeceknya nanti. “Kalau data itu, saya kira nanti saya cek dulu,” kilah NA.
Sebaliknya, setelah NH diberikan kesempatan untuk bertanya kepadanya, NA justru langsung memperlihatkan sebuah data. Padahal, sebelumnya berulangkali ia menyangsikan keabsahan data. NA memaparkan sebuah data yang diklaimnya murni dari BPS. Data tersebut tentang angka kemiskinan dan angka pengangguran di Bantaeng yang terus menurun.
”Ini data saya perlihatkan tentang angka kemiskinan tinggal 7 persen. Angka pengangguran tidak sampai 4 persen,” pungkasnya. (*)
Keraguan terhadap data kembali disampaikan NA merespons pertanyaan NH, saat ditanya soal angka anak putus sekolah di Bantaeng yang cukup tinggi. Menurut dia, berdasarkan data BPS, angka putus sekolah di Bantaeng memprihatikan.
Menanggapi itu, NA enggan membenarkan data dari BPS. Ia mengaku tidak tahu menahu dan memilih untuk mengeceknya nanti. “Kalau data itu, saya kira nanti saya cek dulu,” kilah NA.
Sebaliknya, setelah NH diberikan kesempatan untuk bertanya kepadanya, NA justru langsung memperlihatkan sebuah data. Padahal, sebelumnya berulangkali ia menyangsikan keabsahan data. NA memaparkan sebuah data yang diklaimnya murni dari BPS. Data tersebut tentang angka kemiskinan dan angka pengangguran di Bantaeng yang terus menurun.
”Ini data saya perlihatkan tentang angka kemiskinan tinggal 7 persen. Angka pengangguran tidak sampai 4 persen,” pungkasnya. (*)